Kembali lagi saya pada siang hari ini mencoba untuk mempostingkan sebuah artikel tata cara penguburan jenazah, mungkin para sobat blogger sudah pada tahu semua, tapi tidak apa-apa lah , mungkin ada sobat blogger kita yang belum tahu akan tata cara penguburan jenazah tersebut. Baiklah akan saya bahas di bawah ini.
TATA CARA MENGUBURKAN JENAZAH
Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak dari keempat sudut usungan.

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus
tergesa-gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di
belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya
dalam sunnah Nabi.
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah
diletakkan, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah
melarangnya.
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga
dari jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq.
Dalam masalah ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq
bagi selain kita (non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih
oleh Syaikh Al-Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)

Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang)
yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian arah kiblat untuk
meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk huruf U memanjang).

– Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.

– Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

– Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah
ke liang lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang
kubur secara perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari
arah kiblat.
– Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah
mengucapkan: “BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan menyebut
Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan
jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas
tali-talinya selain tali kepala dan kedua kaki.
– Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah
kepalanya, sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak
perlu menyingkap wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia saat
mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah dijelaskan.

– Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan
tali-tali selain kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad
tersebut ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu dari atasnya
(agak samping).

– Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat
agar menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.

– Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah
ke dalam liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah
yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu
ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.
– Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar
tidak dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta,
demikianlah bentuk makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR.
Bukhari).

– Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam
dan diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi
wassalam (dalam masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih,
silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu pada makam
bagian kepalanya agar mudah dikenali.
– Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula
menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan,
menginjaknya serta bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam telah melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)
– Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam
menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur).
Karena ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya.
Maka disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang itu
berhenti sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini
tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!). Sesungguhnya
mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa mereka.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Baca juga artikel terkait :
- cara memandikan jenazah
- cara mengkafani jenazah
- cara sholat jenazah
Baca juga artikel terkait :
- cara memandikan jenazah
- cara mengkafani jenazah
- cara sholat jenazah
Demikian postingan ini saya sampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua dan bisa menjadi renungan juga bahwa suatu saat kita semua akan mati. Saya akhiri dengan Wassalamualikum wr. wb.
Sumber tulisan dan gambar :
1. Pengurusan Jenazah oleh Al Imam Muhyidiin Muhammad Al Barkawi
& Wizaratu Asy Syu’uni Al Islamiyati Wal Auqafi Wad Da’wati Wal
Irsyadi (Departemen Agama Islam, Urusan Waqaf, Dakwah dan Pengajaran) –
Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia. Penerjemah: Abu Yahya, penerbit: Maktabah
Al-Ghuroba’, cet. Pertama, Mei 2010.
2. Shalat Jenazah Disertai dengan Tata Cara Mengurusnya oleh Syaikh
Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin, penerjemah: Abu Ihsan Al-Maidani
Al-Atsari, penerbit: At-Tibyan, cet. Kedua, Maret 2001.
3. fadhlihsan.wordpress.com
Sign up here with your email
1 komentar:
Write komentarterimakasih juga kunjungannya gan...
ReplyTerima kasih telah berkomentar dan berkunjung ke blog ini, Insya Allah akan saya kunjungi balik..... ConversionConversion EmoticonEmoticon